Napak Tilas Buku “Melintasi Dua Jaman” Karangan Elien Utrecht (Bagian II)


Lanjut lagi ah.. mumpung lagi semangat.. tar keburu lupa idenya..

Ohya kalau yang langsung kesini, silahkan baca bagian 1 dulu…

Melintasi-Dua-Jaman

Masa tinggal di Malang untuk kedua kalinya tidak terlalu lama dirasakan oleh Elien Utrecht. Selanjutnya dia dan keluarganya pindah ke Jakarta tahun 1956. Tidak diceritakan dimana dia tinggal tapi tahun 1957, mereka pindah ke Bandung karena Ersnt Utrecht menjadi dosen Universitas Padjadjaran yang baru didirikan tahun itu.  Awalnya mereka tinggal di Hotel van Engel, yang sekarang menjadi Hotel Panghegar di Jalan Merdeka, selama rumah dinas mereka belum rampung diperbaiki. Selanjutnya mereka pindah ke Dennenlaan yang sekarang menjadi Jalan Karang Sari. Rumah ini ditempati selma lima tahun sampai akhirnya mereka pindah ke Jember. Tentang rumah di Jl Karang sari no 6, dikatakan bahwa ada semacam loteng di atasnya dan merupakan rumah peninggalan  jaman Belanda. Kebetulan suatu hari aku ke daerah Setiabudi untuk servis mobil di Auto2000. Eh ternyata Jl Karangsari ini tidak jauh dari bengkel itu. Setelah masuk ke Jalan Karangsari ternyata masih ada rumah yang diceritakan oleh Elien Utrecht, bahkan lengkap dengan lotengnya. Mungkin yang berbeda adalah sekarang rumah itu saat ini sangat rimbun, tidak seperti foto dalam bukunya.

2013-07-06-09.28.21
Rumah Elien Utrecht di Bandung tahun 1957-1962.. Masih seperti yang digambarkannya

Salah satu yang membuat penasaran adalah SD GIKI, tempat anak Elien yang diceritakannya berada di jalan yang sama. Dan ternyata, SD GIKI masih ada sampai sekarang dan berada diujung Jalan Karangsari. Entah rupanya sudah berubah atau bekum dari konsdisi tahun 1957-an, tapi bentuk bangunannya masih terlihat kuno. Secara umum, Jalan Karangsari memang dipenuhi oleh bangunan-banguan kuno peninggalan jaman Belanda. Tidak salah jika pada jaman itu banyak warga Indo yang tinggal disana, seperti pada foto-foto di buku Elien.

2013-07-06-09.24.52
SD GIKI, Jl Karangsari no 29.. sekolah Artien Utrecht saat SD di Bandung

Tahun 1962, Ernst Utrecht mendapat tugas mengajar di Universitas Tawang Alun di Jember. Selama setahun Elien masih tinggal di Bandungn tetapi harus keluar dari rumah Jl Karangsari. Setahu itu, Elien tinggal di kamar sewa di daerah yang tidak dia sebutkan  dengan jelas. Tapi ada sedikit keterangan bahwa satu jalan dan tidak sebegitu jauh dari RS Boromeus, jadi mungkin jalan Hasanuddin. He..he.. ngarang..

Tahun 1963, Elien akhirnya ikut pidah ke Jember. Lagi-lagi tidak jelan didaerah mana rumahnya. Cuma diceritakan bahwa rumahnya merupakan rmah indie lama di pinggir kota dengan banyak buah-buahan. Di  belakang rumahnya masih ada sawah yang dipisahkan oleh tembok. Waduh.. gak ada informasi yang spesifik. Kalau dilihat dari sejarah Universitas Jember ayng dulunya bernama Universitas Tawang Alun ini, kemungkinan kampusnya masih yang di Jln. PB Sudirman, belum pindah ke Tegal Boto. Mengingat jembetan penghubung ke Tegal Boto bari selesai tahun 1976. Kampus Unita lama  ini tidak jauh lampu merah Mastrip, sebelah kantor PLN (kalo gak salah), dulu di dekat sana da asrama putri, yang sekrang bangunannya sudah hancur. DI Unita, Ernst Utrecht menjabat sebagai sekretaris Prodi.  Tahun 1965, Ernst mengalami  penahanan oleh pemerintah sehingga memaksa Elien dan anaknya, Artien, pindah ke Bandung.

Selama tingggal di bandung tidak dijelaskan dimana ia tinggal, tapi paling tidak sempat berpindah-pindah sampai 3 kali sebelum akhirnya tinggal di pavilyun rumah seorang dokter di daerah Dago. Tahun 1966, Artien, anak dari Elien Utrecht sempat kuliah di arsitektur ITB dan Elien sendiri semlat menjadi dosen di Universitas Parahyangan. Tahun 1969, kondisi membuat Ernst Utrecht pergi dari Indonesia menuju negeri Belanda. Elien dan Artien baru bisa menyusul tahun 1970.

Ernst Utrech dan kiprahnya di Indonesia

Ernst Utrecht lahir di Surabaya, 30 Oktober 1920. Tercatat pernah bertugas sebagai dosen Kursus Dinas C di Malng. Setelah itu beliau menjadi  dosen di Universitas Hasanuddin di Makasar, tahun 1955-1956. Selanjutnya menjadi dosen di Universitas Padjadjaran tahun 1957-1962 sambil menjadi dosen terbang di universitas Pattimura, Ambon. Tahun 1962-1965, dia menjadi dosen di Universitas Tawang Alun yang merupakan cikal bakal Universitas Jember. Tahun 1958-an, Ernst Utrecht menjadi anggota Konstituante dan Dewan Pertimbangan Agung. Sebagai dosen, beberapa buku telah dihasilkannya, antara lain : Pengantar dalam Hukum Indonesia  (pertama terbit tahun 1954), Hukum Adminitrasi Negara dan Hukum Pidana. Pandangan politiknya membuat dia berkali-kali di tahan dan terakhir ditahan selama 9nbulan pada tahun 1965 sampai awal 1966. Saat orde baru berkuasa, pandangannya yang berseberangan pemerintah saat itu membuatnya harus pergi dari Indonesia. Setelah masa reformasi, ada satu bukunya yang diterbitkan berjudul Sejarah Alternatif Indonesia. Buku ini asli akan membuat merah telinga penguasa miiter jika diterbitkan pada jaman orde baru.

Buku Ernst Utrecht..

 

 


2 responses to “Napak Tilas Buku “Melintasi Dua Jaman” Karangan Elien Utrecht (Bagian II)”

  1. Cukup berliku juga perjalanan hidup yang dihadapi. Dan yang membuat saya tertarik adalah ‘nilai’ akademisnya. Salah satunya dengan menghasilkan buku.

    Terima kasih untuk artikelnya

  2. Betul.. hidupnya berliku sekali. Akhirnya Elien Utrecht bekerja di lembaga semi pemerintah di Belanda. Buku ini ditulis setelah beliau pensiun… Sementara Ernst Utrecht menjadi penulis dan narasumber berbagai diskusi tentang Indonesia.. tulisan beliau di berbagai jurnal buanyak sekali.. Sementara itu Buku PIH katanya tetap terbit sampai tahun 1980-an.

Leave a Reply