Kabeh Ono Titi Wancine.. Sebuah Catatan dari Diskusi Novel Sang Patrot, 31 Mei 2014 di Bandung


Tanggal 31 Mei 2014 kemarin, akhirnya janjiku pada Mbak Irma Devita tertunaikan. Hadir sebagai perwakilan warga Jember di perantauan dalam Diskusi Novel Sang Patriot karya Mbak Irma. Dari semua ulasan, perbincangan, tanya jawab dan lainnya, ada sebuah kalimat yang sungguh menyentuh. Kabeh ono tit wancine… semua ada masanya….

BarengBlogger
Foto bareng teman-teman Blogger.. sebelum acara dimulai

Novel Sang Patriot adalah penuntasan janji seorang cucu kepada Sang Nenek tercinta, setelah lebih 30 tahun lalu, saat Irma Devita kecil berjanji pada Eyang Putrinya untuk menuliskan sejarah perjuangan Eyang Kakungnya, Letkol M Sroedji  yang tidak sempat dilihatnya bahkan tak sempat dilihat oleh Ibunya.

BarengMbakIrma
Bareng Sang Penulis.. he..he.. janjiku lunas ya Mbak.. semoga ketemu lagi di acara yang lain

Banyak yang bertanya, kenapa baru sekarang novel itu dituliskan.. ya kenapa baru sekarang saat Sang Eyang Putri telah berpulang.. Kenapa baru sekarang saat Sang Pakde yang lebih paham sejarah Sang Kakek dibanding Ibunya sudah meninggal. Akhirnya kembali pada  ungkapan kabeh ono titi wancine.. ada waktu janji itu dituntaskan.

Sebuah novel, Sang Patriot menjadi bukti ditunaikan janji itu… buku bukti kecintaan seorang cucu pada Eyang Putrinya. Buku yang menceritakan seorang Patriot sebagai seorang pejuang, komandan, suami bagi istrinya, bapak bagi anak-anaknya dan sahabat bagi rekan-rekannya. Ya.. Novel Sang Patriot mewakili semua itu, dan Sang Patriot itu sebenarnya bisa siapa saja, tidak hanya tentara, tapi juga seluruh rakyat yang turut mendukung perjuangan masa itu.. baik yang diberikan tanda jasa atau bahkan yang mungkin tidak sempat dikenal namanya, yang tidak diketahui di mana pusaranya.

Serius menjelaskan Sang Patriot
Serius menjelaskan Sang Patriot

Aku juga menyesal.. andai aku menyadari saat dahulu kala.. karena Abdul Syukur, ajudan Letkol M Sroedji telah kukenal saat aku anak-anak, mungkin akan banyak sejarah yang bisa ku gali dari beliau. Andai aku tahu bahwa Mayor Safiudin ternyata kakek sahabatku, tentu akan lebih banyak potongan puzzle yang bisa kususun.

Tapi semua ada waktunya.. ono titi wancine.. mungkin baru saat ini saat yang dijanjikan itu.. tapi bersyukurlah masih ada serpihan sejarah yang bisa kita kumpulkan untuk melestarikan semangat pada pejuang yang membela kemerdekaan Negara ini. Sekarang saatnya, kita meneruskan semangat itu dan menurunkannya pada anak-anak kita dan kelak pada cucu-cucu kita.. Kabeh ono titi wancine…

BarengSemua
Foto rame-rame setelah acara bubar.. HVB emang manteb

3 responses to “Kabeh Ono Titi Wancine.. Sebuah Catatan dari Diskusi Novel Sang Patrot, 31 Mei 2014 di Bandung”

  1. Ya, tidak ada yang tahu kapan waktu yang tepat itu. Tidak pernah diperkirakan meski niatnya entah kapan. Yang penting, janji itu sudah tertunaikan. Itu sudah lebih dari cukup ^_^

Leave a Reply to achmadrizalCancel reply