Herman Thomas Karsten, Arsitek Humanis ((22 April 1884, Amsterdam–1945, Cimahi))


Terlahir dari keluarga mapan dan terpelajar membuat Thomas Karsten mejadi orang dengan pandangan luas dan terbuka. Ayahnya seorang profesor filsafat. Awalnya Karsten kuliah di jurusan teknik mesin di Politeknik Delft yang sekarang menjadi TU Delft kemudian pindah jurusan ke jurusan struktur. Karsten semasa kuliah tergabung dalam Socialische Technische Vereeniging atau Persatuan Insinyur Sosialis dimana saat berada di Hindia Belanda dia bergabung diorganisasi kembarannya.

Karsten datang ke Indonesia tahun 1914 atas ajakan Henry Maclaine Pont, kakak kelasnya di TU Delft, untuk membantunya di biro arsitek milik Maclaine Pont . Kesediaan Karsten ke Hindia Belanda salah satunya uuntuk menghidari perang dunia pertama, dimana Hindai Belanda dianggap cukup netral dan cukup jauh dari daerah konflik.  Konon Karsten tidak pernak dilatih sebagai ahli tata kota, tapi konsepnya, kepedulian pada lingkungan dan latar belakang sebagai arsitek membawa dia sebagai ahli tata kota yang ulung.

Keluarga Thomas Karasten dari http://sejarahsemarang.wordpress.com/
Keluarga Thomas Karasten
dari http://sejarahsemarang.wordpress.com/

Pada tahun 1921 Karsten menikah dengan Soembinah Mangunredjo dari Wonosobo yang merupakan keturunan mantan tentara swiss dengan perempuan pribumi. Dari pernikahannya dikaruniai  empat anak, masing-masing Regina (1924), Simon (1926), Joris (1928), dan Barta (1929). Karsten dikenal sangat menghargai adat Jawa, konon dia sering mengadakan hajatan sesuai dengan adat Jawa di rumahnya. Hal itu dibuktikan dengan tergabungnya Karsten dalam dalam Instituut de Java, sebuah perkumpulan yang peduli terhadap budaya Jawa.Dia juga dekat dengan para pejabat atau petinggi Jawa misalnya Mangkunegoro VII bahkan banyak bagian dari Kraton Solo yang direnovasi atas rancangan Karsten. Kedekatan dengan budaya Jawa membuat Karsten menolak bentuk-bentuk arsitektur yang menelan mentah-mentah gaya eropa, dia berpendapat seharusnya elemen-elemen Hindia ditempatkan pada rancangan bangunan di Hindida Belanda

Thomas Karsten terlibat dalam perancangan 12 kota di Pulau Jawa (tidak termasuk Surabaya), 3 kota di Sumatra dan 1 kota di Kalimantan. Beberapa kota yang sempat diberikan konsultansi untuk perancangannya antara lain Semarang  tahun 1916–20 dan tahun 1936,  Buitenzorg atau ‘Bogor  tahun 1920–23, Madiun tahun 1929, Malang tahun 1930–35,  Batavia atau Jakarta tahun 1936–37, Magelang tahun1937–38, Bandung  tahun 1941,  Cirebon, Meester Cornelis  sekarang  Jatinegara, Yogyakarta, Surakarta, Purwokerto, Padang, Medan dan  Banjarmasin. Beberapa wilayah yang pernah mendapat sentuhan dari Karsten antara lain kawasan Jalan  Ijen di Malang, kawasan Candi di Semarang, Kampusng Kwarasan Magelang, Pasar Cinde Palembang, Pasar Gede dan Kraton Mangkunegaran Solo.

Pasar Johar Semarang, Salah satu karya Karsten

Setalah berkarir cukup lama sebagai pribadi, Pemerintah Hindia Belanda akhirnya menunjuk Thomas Karsten dalam badan resmi. Pertama Karsten direkrut untuk Bouwbeperkingscommissie tahun1930 dan kemudian Stadsvormingscommissie (Komite Perencanaan Kota) tahun 1934.  Tahun 1941, Karsten ditunjuk  sebagai dosen di TH Bandung.  Kelebihan Thomas Karsten dibanding arsitek lain yang tersohor di Hindia waktu itu adalah beliau tidak hanya merancang satu banguna tapi juga merancang tatakota-nya.  Bahkan tahun 1930, Karsten beserta team yang dibentuk menghasilkan rancangan ordonansi yang mengatur perencanaan kota berdasarkan karaketristi geografi  dan sosialnya. Ordonansi ini belum sempat diberlakukan karena berakhirnya kekuasaan Belanda karena agresi Jepang. Bangunan yang dirancang pun meliputi banyak kalangan, tidak hanya untuk perusahaan besar, tetapi juga untuk Kraton bahkan untuk masyarakat menengah ke bawah.

Gedung Ex Nillmij Semarang, sumber koleksi pribadi
Gedung Ex Nillmij Semarang, sumber koleksi pribadi,

Gedung Jiwasraya, Semarang, ex NILLMIJ Semarang, karya Thomas Karsten yang masih terawat hingga sekarang

Karsten merupakan pendukung kemerdekaan Indonesia dan   Karsten ditangkap oleh tentara pendudukan Jepang pada tahun 1942 sampai ia meninggal di Kamp Interniran Cimahi pada tahun 1945. Konon tulisan dibuku hariannya yang terakhir saat menjelang meninggalnya berbunyi ” Indonesia bermoelialah, Indonesia bersatoelah … “

Beberapa karya Karsten yang masih tersisa sampai sekarang :

  1. Pasar Johar Semarang tahun 1933
  2. Gedung Nillmij (sekarang Jiwasraya) di Kota Lama, Semarang
  3. Gedung Daop IV, Jalan Thamrin, Semarang
  4. Djakarta LLyod Stoomvart Nederland (Kantor PT (Persero) Djakarta Lloyd), Kawasan Kota Lama
  5. Gedung Sobokartti di Jalan Dr Cipto 31-33 Semarang
  6. Pasar Gede Solo, tahun 1929
  7. Balaikota Padang

Sumber :

  1. http://sejarahsemarang.wordpress.com/zaman-belanda/ir-herman-thomas-karsten/
  2. E. Muspriyanto, dkk, Meretas Masa. Semarang Tempo Doeloe, Terang Publishing, Semarang, 2007
  3. http://en.wikipedia.org/wiki/Thomas_Karsten
  4. J Coote,  Colonial designs:Thomas Karsten and the planning of urban Indonesia, tersedia di : http://coombs.anu.edu.au/SpecialProj/ASAA/biennial-conference/2004/Cote-J-ASAA2004.pdf
  5. http://thomaskarsten-documentary.blogspot.com/
  6. Nas, Peter J.M (ed), Masa Lalu dalam Masa Kini Arsitektur Indonesia, Jakarta, Gramedia Pustaka Utama, 2007

2 responses to “Herman Thomas Karsten, Arsitek Humanis ((22 April 1884, Amsterdam–1945, Cimahi))”

Leave a Reply