Telkom University dan Scopus, Prediksi posisi di 2016


Beberapa tahun ini pemerintah gencar-gencarnya menggalakkan publikasi internasional. Hal ini cukup berdasar karena saat ini Indonesia menempati peringkat ke-57 dalam hal publikasi internasional, khususya publkasi internasional terindeks scopus (sumber: http://scimagojr.com/countryrank.php  tanggal 22 Juni 2016 ). Pada saat ini Indonesia mencatatkan 39719 dokumen ( 22 Juni 2016). Posisi ini relatif jauh dibawah Negara-negara tetangga seperti Singapura (peringkat 32, 215553 dokumen), Malaysia (peringkat 35, 181251 dokumen),  dan Thailand (peringkat 43, 123410 dokumen).   Sementara itu negara Asean yang lai yang dibawah Indonesia dalah Vietnam (peringkat 64, 29238 dokumen), Philipina (peringkat 69, 20326 dokumen).

Memang saat ini muncul perdebatan, kenapa harus publikasi internasional, kenapa harus terindeks Scopus. Publikasi internasional harus diakui memunculkan aliran dana keluar negeri, hal ini disebabkan sebagian besar jurnal internasional bereputasi diterbitkan di luar negeri dan untuk paper yang diterima kadang membutuhkan biaya cukup besar sebagai article processing charge (APC). Sebagai contoh jurnal-jurnal Hindawi menetapkan APC dari USD 700 sampai USD 1700 atau lebih, atau Elsevier  yang kadang untuk opsi open access menetapkan APC hingga USD 3000. Namun apabila kita lihat dari sisi yang lain, jumlah publikasi internasional pada jurnal bereputasi mengindikasikan tingginya produktifitas penelitian di suatu negara. Hal ini menjadi indikasi bahwa mutu pendidikan tinggi di Indonesia cukup baik. Selain itu sebenarnya banyak penerbit jurnal bereputasi yang tidak mengenakan APC sangat tinggi, beberapa menerapkan APC cukup rendah bahkan gratis. Masalahnya seberapa bagus paper kita dan jurnal apa yang akan dituju.

Telkom University ( Tel-U) sebagai salah satu perguruan tinggi yang bercita-cita untuk menjadi World Class University (WCU) tentu tidak mau ketinggalan berkiprah dalam publikasi internasional. Pada masa- masa awal bahkan pak Rektor, Prof. Moh Ashari turun langsung memberikan pelatihan penulisan paper pada jurnal internasional. Langkah ini akhirnya membuahkan hasil yang menggembirakan apalagi setelah muncul kebijakan penggantian biaya publikasi internasional pada jurnal bereputasi (salah satunya terideks Scopus) dan pemberian insentif bagi penulis. Pada saat tulisan ini dibuat ( 22 Juni 2016), posisi Tel-U menempati urutan ke-20 pada intitusi dengan dokumen Scopus terbanyak di Indonesia dengan 452 dokumen. Hasil ini cukup menggembirakan karena dengan usia Tel-U yang masih muda, hasil penelitian yang terpublikasi secara internasional cukup banyak. Urutan institusi di Indonesia dengan dokumen terindeks Scopus terbanyak posisi 22 Juni seperti di bawah ini:

Peringkat Institusi Dokumen
1 ITB 5962
2 UI 4687
3 UGM 3050
4 IPB 2229
5 LIPI 1727
6 ITS 1711
7 UB 1212
8 UNDIP 1081
9 Center for International Forestry Research 1046
10 UNPAD 1034
11 UNHAS 920
12 UNAIR 868
13 UNAND 749
14 BINUS 716
15 UNSYIAH 661
16 UNUD 638
17 UNS 573
18 University of Indonesia – Dr. Cipto
Mangunkusumo Hospital
499
19 U.S. Naval Medical Research Unit No. 2 489
20 Tel-U 452

Terlihat Te-U menempati posisi kedua untuk PTS di bawah Binus, dan apabila dari institusi PT maka Tel-U menempati posisi ke-16 (LIPI dan lembaga penelitian lain tidak dimasukkan). Kontribusi terbanyak didapat dari ICOICT (http://www.icoict.org/ ) yang sejak pelaksanaannya telah menyumbangkan 117 (dari 452) dan ini belum ditambah dengan ICOICT 2016 yang baru saja berlangsung. Lima besar penyumbang utuk Tel-U seperti pada gambar di bawah ini.

kontributorTel-U
Tel-U di website scopus, posisi 22 Juni 2016

Mengingat 2016 masih menginjak bulan ke-6, masih memungkinkan posisi Tel-U menyodok ke posisi yang lebih tinggi, paling tidak di posisi 18 menggeser 2 institusi penelitian non PT. Sebagai bahan analisis, gambar dibawah memperlihatkan juhlah dokumen 4 institusi peringkat 20, 19, 18 dan 17, sejak tahun 2012 sampai 2016 dan kumulatifnya

Dua institusi di atas Tel-U secara produktifitas relative rendah, paling tinggi hanya menghasilkan 53 paper dalam setahun, sementara itu  di tahun 2015 Tel-U men-publish 164 dokumen dan tahun ini (juni 2016) sudah 81 paper yang dihasilkan. Jika trend seperti tahun 2015 dipertahankan, maka sangat mudah melewati peringkat 19 dan 18.

Tantangan yang lebih berat adalah melewati peringkat 17, UNS. Kumulatif jumlah paper UNS adalah 573 dan 87 dihasilkan tahun ini. Sementara itu, Tel-U 452d dengan 81 dihasilkan tahun ini. Tahu 2015, UNS menghasilkan 136 sementara Tel-U 164. Jika trend ini bertahan, artinya Tel- hanya akan mengurangi selisih sekitar 30 paper, masih jauh untuk menyusul UNS.

Secara umum, kebijakan di Tel-U untuk mendukung publikasi internasional sudah cukup baik. Insentif yang diberikan mampu memacu dosen untuk menulis. Tetapi Scopus tidak boleh menjadi satu-satunya tujuan karena peningkatan proses pendidikan, penelitian dan pengabdian di dalam Tel-U tetap harus menjadi focus utama. Apabila pelaksanaan Tridharma di Tel-U sudah baik, InsyaAllah, yang lain akan mengikuti.


Leave a Reply